Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu menegaskan bahwa investasi di sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional. Hal ini disebabkan sifatnya yang padat karya dan masih mengandalkan kekuatan labor.
Menurut data Kementerian Investasi, subsektor manufaktur yang dominan menyerap tenaga kerja adalah tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki dan kulit, makanan dan minuman, elektronik, hingga otomotif. Setiap subsektor tidak hanya menyumbang pada lapangan kerja, tetapi juga memperkuat daya saing industri dalam negeri.
Todotua menyebut, meski investasi di sektor lain seperti smelter nikel memiliki dampak ekonomi besar, jumlah tenaga kerja yang diserap relatif lebih rendah. Namun, manufaktur tetap unggul karena kontribusinya yang langsung terasa bagi masyarakat.
Dampak Positif Investasi di Sektor Manufaktur
Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan, Fithra Faisal, menambahkan bahwa kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional mencapai 19 persen. Besarnya porsi ini membuktikan peran vital industri dalam menggerakkan ekonomi.
Fithra menjelaskan, investasi di sektor manufaktur tak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga mendorong peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Ia menekankan pentingnya masyarakat untuk menyiapkan keterampilan agar mampu beradaptasi dengan proses industrialisasi.
Data semester I 2025 mencatat, investasi telah menciptakan sekitar 1,2 juta lapangan kerja baru. Pada semester II, jumlah tersebut diproyeksikan meningkat hingga 3 juta, sehingga total penyerapan tenaga kerja mencapai lebih dari 3,5 juta orang.
Investasi di sektor manufaktur terbukti memberikan dampak nyata bagi perekonomian, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan dukungan investasi dan peningkatan kualitas SDM, sektor ini berpotensi menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Demikian informasi seputar investasi di sektor manufaktur. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Tekno-Web.Com.