Presiden Jokowi (Joko Widodo) telah menetapkan langkah strategis untuk menggerakkan industri baterai listrik di Indonesia. Keputusan ini didorong oleh potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam hal cadangan tembaga, bahan baku penting dalam pembuatan baterai untuk mobil listrik. Dalam sebuah acara Rakernas Seknas Jokowi di Bogor, Jokowi dengan tegas menyuarakan keinginannya agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berperan aktif dalam mengembangkan industri baterai listrik di tanah air. Jokowi mengungkapkan rencana pembangunan smelter tembaga yang besar di dua lokasi, yaitu Gresik, Jawa Timur, dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
“Setiap hal yang bersifat strategis, saya meminta agar BUMN terlibat di dalamnya. Tidak apa-apa jika awalnya hanya memiliki 5 persen saham, lalu 10 persen, atau bahkan 15 persen. Yang penting, kita sudah ada di dalamnya,” ujar Jokowi.
Dalam konteks ini, Jokowi menunjukkan contoh suksesnya Indonesia dalam menguasai mayoritas saham Freeport sebesar 51 persen. Keberhasilan ini, menurutnya, adalah hasil dari ketegasan pemerintah Indonesia selama proses negosiasi. Presiden Jokowi menegaskan bahwa ketidaksetujuan dalam negosiasi akan berdampak besar. Jika Indonesia tidak bersikeras, kemungkinan besar kita hanya akan memiliki 9,36 persen saham dalam perusahaan asal Amerika Serikat tersebut hingga saat ini.
Selain itu, Jokowi sebelumnya telah mengungkapkan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi produsen mobil listrik terbesar di dunia pada tahun 2027 karena ketersediaan nikel untuk mendukung produksi baterai listrik. Ini didasarkan pada kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Indonesia.
Saat ini, Indonesia baru merakit tiga jenis mobil listrik, yaitu Hyundai Ioniq 5, Wuling Air EV, dan DFSK Gelora E. Meskipun demikian, tren mobil listrik di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, yang tercermin dari peningkatan penjualan mobil listrik pada tahun lalu.
Indonesia berkomitmen untuk memanfaatkan potensi tembaganya dan mengembangkan industri baterai listrik sebagai bagian dari upaya mencapai kemandirian energi dan mengikuti tren global menuju mobilitas berkelanjutan. Kehadiran mobil listrik yang ramah lingkungan dan investasi dalam industri baterai listrik akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi ekonomi Indonesia tetapi juga untuk lingkungan dan masyarakat global.