Howard Schultz: Kisah Sukses CEO Starbucks yang Membangun Kekaisaran Kopi

Siapa yang tak mengenal Starbucks? Kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) ini telah menjadi salah satu merek paling terkenal di dunia dengan lebih dari 35.000 outlet di berbagai negara. Di balik kesuksesan Starbucks, terdapat sosok luar biasa bernama Howard Schultz yang berhasil mengangkat kedai kopi ini ke puncak popularitasnya. Menjabat sebagai CEO Starbucks dua kali, yaitu pada 1987-2000 dan 2008-2018, Schultz berhasil membawa merek ini meraih prestasi gemilang.

Forbes mencatat bahwa kekayaan Schultz mencapai US$3,8 miliar atau setara dengan Rp57 triliun (kurs Rp15.000). Posisinya sebagai salah satu dari 1.000 orang terkaya di dunia berada di peringkat 789. Namun, yang mungkin tak banyak diketahui orang adalah bahwa Howard Schultz berasal dari keluarga yang sederhana dan dibesarkan dalam perumahan subsidi. Ayahnya tak pernah menamatkan sekolah menengah dan mencari nafkah dengan berbagai pekerjaan, termasuk menjadi sopir truk, buruh pabrik, dan sopir taksi.

Meskipun keluarganya hidup dalam keterbatasan, Howard Schultz tetap termotivasi untuk meraih kesuksesan. Ia mengagumi kegigihan ayahnya yang dikenal sebagai pekerja keras dan jujur dalam bekerja. “Keluarga kami tidak memiliki penghasilan, tidak ada asuransi kesehatan, tidak ada uang kompensasi,” tulis Schultz dalam bukunya yang berjudul ‘Pour Your Heart Into It: How Starbucks Built a Company One Cup at a Time’.

Sejak usia 12 tahun, Schultz sudah merasakan pahitnya hidup dengan berbagai pekerjaan, termasuk menjadi loper koran. Berkat kemampuannya dalam olahraga, ia mendapatkan beasiswa di Northern Michigan University dan lulus sebagai sarjana komunikasi pada tahun 1975. Dengan bekal pendidikan tersebut, Howard Schultz mulai membangun karier di bidang sales dan marketing di Xerox selama tiga tahun. Setelah itu, ia bekerja sebagai vice president and general manager di perusahaan peralatan rumah tangga asal Swedia, Hammarplast.

Pada tahun 1982, Schultz bergabung dengan Starbucks di Seattle sebagai direktur operasi dan marketing. Saat itu, Starbucks masih hanya memiliki beberapa kedai kopi. Namun, pada 1983, ketika Schultz berkunjung ke Italia dan melihat budaya kedai kopi di Milan, ia merasa terinspirasi dan meninggalkan Starbucks untuk merintis usaha kedainya sendiri, II Giornale.

Empat tahun kemudian, pada tahun 1987, Howard Schultz akhirnya mengambil alih Starbucks sebagai CEO setelah membeli kedai kopi itu dengan bantuan beberapa investor. Di bawah kepemimpinannya, Starbucks tumbuh pesat dan berkembang menjadi merek global.

Dari hanya memiliki 11 kedai pada awalnya, Starbucks kini memiliki lebih dari 30 ribu outlet di seluruh dunia. Schultz juga dikenal karena memberikan asuransi kesehatan kepada seluruh karyawannya, termasuk yang bekerja paruh waktu. Selain itu, ia juga menawarkan saham perusahaan kepada publik. Kecerdasan, tekad yang kuat, dan ketekunan Howard Schultz membawa Starbucks meraih kesuksesan dan menjadi merek yang mendunia. Dengan demikian, perjalanan luar biasanya dari keluarga sederhana hingga mencapai kekayaan fantastis menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk tidak pernah berhenti bermimpi dan bekerja keras menuju kesuksesan.