Tesla yang merupakan produsen mobil listrik yang dikenal dengan inovasinya di bidang otomotif, kembali mengambil tindakan drastis di pasar China dengan memberikan diskon besar-besaran. Tindakan ini diambil mengingat persaingan yang semakin ketat di pasar tersebut, yang juga menjadi salah satu pasar utama bagi Tesla. Diskon ini diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar mereka di China.
Melansir rangkuman laporan dari berbagai sumber pada Kamis (17/8/2023), Tesla memutuskan untuk menurunkan harga jual beberapa model mobil mereka di China. Sebagai contoh, harga mobil Tesla Model X yang sebelumnya dijual seharga 898.900 yuan atau sekitar Rp1.909.278.721, kini turun menjadi 836.900 yuan atau sekitar Rp1.777.589.678. Diskon ini mencapai angka sekitar Rp120 jutaan.
Tak hanya Model X, Tesla juga memberikan diskon pada Model S. Harga Model S yang semula 808.900 yuan atau setara Rp1.718.117.207, turun menjadi 754.900 yuan atau sekitar Rp1.603.420.298. Hal ini berarti ada diskon sekitar Rp110 jutaan untuk Model S.
Kabar yang beredar juga mengindikasikan bahwa Tesla berencana untuk melanjutkan diskon pada Model Y dan Model 3 di China. Tidak hanya di China, Tesla juga telah memperkenalkan versi lebih terjangkau dari Model S dan Model X di Amerika Serikat. Namun, versi-versi ini memiliki jangkauan yang lebih terbatas karena pembatasan perangkat lunak.
Dalam upaya untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar dan meningkatkan penjualan, Tesla tampaknya mengorbankan margin keuntungan mereka. Laporan pendapatan kuartal Juni menunjukkan bahwa margin operasi perusahaan hanya sebesar 9,6%, angka terendah dalam lima kuartal terakhir.
Namun, kebijakan berkelanjutan dalam memberikan diskon ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemegang saham Tesla. Mereka khawatir bahwa margin akan terkikis terlalu banyak akibat diskon ini. Saham Tesla bahkan mengalami penurunan pada perdagangan awal hari di AS setelah turun hampir 3% pada hari sebelumnya.
Tindakan Tesla memberikan diskon besar-besaran ini juga memunculkan kekhawatiran mengenai terjadinya perang harga di pasar China. Hal ini berpotensi berdampak pada pemain-pemain yang lebih kecil di industri tersebut. Perusahaan mobil listrik Cina seperti Xpeng, Nio, dan Li Auto juga mengalami penurunan harga saham mereka di pasar modal AS. Penurunan harga ini juga seiring dengan kondisi ekonomi China yang masih dalam tahap pemulihan pasca pembatasan akibat pandemi Covid-19. Konsumen di China pun masih enggan berbelanja secara berlebihan.
CEO perusahaan konsultan otomotif ZoZoGo, Michael Dunne menyatakan bahwa Tesla nampaknya percaya bahwa dalam situasi permintaan yang lebih lemah di pasar China saat ini, cara terbaik untuk memenangkan pasar adalah dengan pemotongan harga yang agresif dan berkelanjutan dari waktu ke waktu. Langkah ini dapat memberikan tekanan yang signifikan pada pesaing-pesaingnya di pasar China.
“Orang Cina tidak punya pilihan selain memenuhi pemotongan harga dengan cara mereka sendiri, memberikan tekanan lebih lanjut pada keuntungan mereka. Margin BYD sekarang sangat tipis. NIO, Li Auto, dan Xpeng kehabisan darah, bertahan,” ungkap Dunne. Dengan langkah diskon yang terus berlanjut ini, Tesla berusaha untuk tetap kompetitif di pasar China dan mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain utama di industri mobil listrik yang semakin kompetitif.