Badan Pangan Singapura atau Singapore Food Agency (SFA) menemukan kasus penyakit flu babi, African Swine Fever (ASF), pada sejumlah babi asal Pulau Bulan, Batam. Langkah preventif dilakukan dengan menutup keran impor babi asal Batam sejak 23 April lalu hingga saat ini. Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hari Suyasa mengatakan bahwa penyakit ASF telah masuk ke Indonesia sejak 2019 dan memiliki daya bunuh hampir 100%. Radius penularannya sekitar 3 km, dan belum ada obat atau vaksin untuk mengatasinya.
Meskipun cukup berbahaya bagi babi, Hari menekankan bahwa kasus penyakit flu babi tidak berdampak pada kesehatan manusia. Virus ASF tidak akan bertahan lama di udara terbuka dan akan mati jika terkena sinar matahari dalam beberapa waktu.
Namun, memotong hewan yang tidak sehat untuk dijadikan bahan konsumsi dilarang. Jaga kebersihan kandang dan melakukan karantina ketat tetap penting untuk mencegah penularan.
Tidak hanya berdampak pada kesehatan hewan, langkah penghentian impor oleh Singapura juga memberikan dampak besar pada perekonomian, terutama bagi para peternak babi di Batam. Setiap harinya, Batam mengekspor sekitar 1.000 ekor babi dengan nilai kurang lebih sekitar Rp2 miliar. Kondisi ini sangat merugikan pelaku usaha bersangkutan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid memperkirakan nilai kerugian sementara ini sekitar Rp28 miliar setelah 14 hari keran ekspor ke Singapura ditutup. Meskipun demikian, pihaknya memaklumi langkah preventif yang dilakukan pihak Singapura demi mencegah penyebaran kasus penyakit flu babi tersebut.
Head of Center of Industry, Trade and Investment INDEF, Andry Nugroho menilai bahwa jika tidak segera ditangani, kejadian ini juga berpotensi memberikan kerugian jangka panjang bagi Indonesia dalam hal meningkatkan persaingan supplier babi di level global.
Untuk rencana ekspor karkas babi ke Singapura, Indonesia juga perlu mempersiapkan diri. Karkas yang kerap dikirim dalam keadaan beku ini memiliki lebih banyak supplier pesaing, mulai dari China, Australia, hingga Brazil. Oleh karena itu, pemerintah RI perlu mengambil langkah strategis secara cepat dengan melakukan serangkaian pembenahan untuk komoditas babi di Indonesia, khususnya yang terjangkit masalah kasus penyakit flu babi ini. Harapannya, keran impor babi hidup asal Batam ini bisa segera dibuka kembali oleh Singapura.