Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menyebut bankir bersenang-senang di atas penderitaan orang lain tengah ramai menjadi sorotan. Hal tersebut diungkapkan Mulyani dalam menyikapi tren suku bunga yang tinggi. Seperti diketahui, tingginya suku bunga akan mempengaruhi bunga kredit bank di mana beban lebih banyak diberikan kepada setiap peminjamnya. Hal itu tentu menjadi salah satu margin keuntungan bagi perbankan.
“Kalau bicara tentang interest rate naik itu Anda sebetulnya malah menari-nari di atas penderitaan semua orang. Saya beda sekali kalau bicara tentang kenaikan suku bunga, Anda kayaknya wajahnya malah lebih bahagia gitu,” kata Sri Mulyani di depan para bankir dalam acara CEO Banking Forum, Senin, 9 Januari.
“Selama ibu masih bisa mengelola dan menstabilkan ekonomi, interest rate naik, it’s fine with us ibu, gitu kan,” tambah Mulyani yang mencoba membaca pikiran para bankir.
Meskipun, kata Mulyani, kondisinya tidak otomatis begitu karena suku bunga yang tinggi secara keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi. “Cost of fund yang tinggi pasti akan mempengaruhi kegiatan ekonomi secara menyeluruh,” tuturnya.
Sri Mulyani Prediksi Ada Kejutan Besar di Tahun 2023?
Seperti diketahui, tensi geopolitik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan inflasi tinggi di sejumlah negara sehingga bank sentral harus menaikkan suku bunga. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed misalnya, selama 2022 suku bunga sudah naik 425 basis poin. Terakhir pada Desember 2022, The Fed menaikkan suku bunga acuan 0,5% menjadi 4,25% hingga 4,5%.
“The fastest the highest in the history of America (tercepat, tertinggi dalam sejarah Amerika),” tutur Sri Mulyani.
Kenaikan suku bunga juga diikuti oleh bank sentral di negara maju maupun negara berkembang lainnya. Bank Sentral Eropa telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 250 bps pada 2022 lalu, menjadi 2,5% pada Desember 2022. Begitu juga dengan Bank Indonesia (BI) yang telah menaikkan suku bunga hingga 200 bps atau 2% sepanjang 2022. Suku bunga acuan BI akhir tahun 2022 mencapai 5,5%.
Menghadapi 2023, Sri Mulyani berpesan kepada para bankir untuk belajar melihat fenomena, membaca data, dan memahami konteks dari yang sudah terjadi di masa lalu. Hal itu disebut agar tidak kaget menghadapi 2023 yang kemungkinan masih terus ada kejutan. “Anda akan better equipped melihat yang disebut extraordinary situation. Anda akan jauh lebih baik dalam menyiapkan situasi yang kadang-kadang tidak biasa. Saya berharap 2023 ini seluruh bankir meng-equipt dirinya meskipun 2022 dalam situasi yang tidak biasa,” tandasnya.