Setelah lebaran, harga daging ayam di beberapa daerah, termasuk Tangerang Selatan, mengalami kenaikan. Harga ayam di daerah tersebut terpantau mencapai Rp38.000-40.000/ekor. Deputi I Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional, I Gusti Ketut Astawa, menjelaskan bahwa kenaikan harga ayam disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satu faktornya adalah jenis ayam. Ayam dengan jenis tertentu memiliki harga daging ayam yang lebih tinggi. “Kalau (ayam) TG ini memang tinggi (harga) dia. Yang kecil-kecil 1,2 (kg) mungkin, itu yang TG mahal. Tapi kalau sudah agak berat, (harga) dia sekitaran Rp37.000, ada yang Rp36.000, ada yang Rp35.000 pas awal-awal, variatif sekali nggak bisa satu tempat,” ujar Astawa.
Selain itu, penempatan lapak di pasar juga dapat mempengaruhi harga. Ayam yang dijual di depan pasar memiliki harga yang berbeda dengan ayam yang dijual di dalam pasar. “Ayam variatif (harganya) jadi kalau dagang di depan sama dagang di dalam beda,” katanya.
Meski ada kenaikan harga ayam sekitar 3-5%, Astawa menyatakan bahwa kenaikan harga tersebut masih wajar. “Jadi kami langsung ke lapangan, memang hampir semua melaporkan bahwa ada kenaikan memang dikit-dikit, ada yang 3%, 5% makanya kami selalu katakan masih dalam kondisi wajar,” tuturnya.
Namun, kenaikan harga daging ayam tetap membuat konsumen merasa kesulitan dalam membeli daging ayam. Harga ayam di Pasar Jombang, Tangerang Selatan, misalnya, naik dari Rp22.000/kg menjadi Rp24.000/kg. Sementara itu, harga ayam per ekor mencapai Rp38.000-40.000.
Para penjual ayam di Pasar Ciputat juga mengalami kenaikan harga. Harga ayam yang sebelumnya dibanderol Rp35.000/ekor, kini mencapai Rp38.000-40.000/ekor. Dalam kondisi seperti ini, konsumen disarankan untuk membandingkan harga ayam di beberapa tempat sebelum membeli. Harga daging ayam yang bervariasi membuat konsumen harus memilih dengan bijak untuk menghindari kerugian.