Dikabarkan bahwa pengembangan Lapangan Abadi, Blok Masela di Maluku menghadapi tantangan berat usai Shell mundur. Shell dinyatakan bakal melepas hak partisipasinya di blok tersebut mulai terdengar pada pertengahan 2020. Shell sendiri menggenggam hak partisipasi 35%, sementara Inpex menggenggam 65%. Rencana Shell mundur dari Blok Masela pun kemudian terungkap.
Pada Agustus 2020, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan bahwa pemerintah kecewa atas keputusan Shell yang hengkang dari pengembangan Blok Masela. Kekecewaan itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan ke Shell. Dwi Soetjipto mengaku, isu hengkangnya Shell sudah datang sejak pertengahan 2019 atau pada saat mendiskusikan rencana pengembangan (POD).
“Shell langsung menghadap ke Menteri (ESDM) dan kami langsung dapat arahan kirim surat ke Shell barangkali 2-3 kali, menyampaikan bahwa pemerintah kecewa dengan langkah yang diambil Shell,” kata Dwi saat rapat bersama Komisi VII DPR, 24 Agustus 2020 lalu.
Beberapa waktu berselang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar Inpex dicarikan mitra di Blok Masela sebagai pengganti Shell. Jokowi meminta agar pengusaha nasional hingga BUMN menjadi mitra Inpex di blok tersebut.
“Kita tahu semua bahwa ada (anggota) konsorsium dari Inpex ini keluar, dan Bapak Presiden memerintahkan yang keluar itu digantikan pengusaha nasional, baik itu lewat INA maupun BUMN,” terang Menteri Investasi Bahlil Lahadalia usai mendampingi Jokowi bertemu CEO perusahaan Jepang pada 27 Agustus 2022.
Namun, tampaknya Pertamina lah yang bakal benar-benar masuk. Rencana Pertamina masuk di Blok Masela sempat disinggung Dwi Soetjipto. Pada Oktober 2022, Dwi mengatakan, Pertamina tengah menyelesaikan studi terkait proyek tersebut. Selanjutnya, Pertamina akan melakukan penawaran yang ditargetkan pada bulan November.